Pahlawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia Yang Terlupakan
"Pahlawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia Yang Terlupakan" - Teman anehtapinyata.net dalam meraih, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari jasa-jasa pahlawan yang dengan gigihnya berjuang. Maka dari itu pemerintah Indonesia mencanangkan 1 hari dalam satu tahun sebagai hari pahlawan. Dan tanggal 10 November dipilih sebagai Hari Pahlawan karena pada tanggal tersebut pada tahun 1945 terjadi pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merupakan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Seperti kata-kata terkenal dari tokoh proklamasi kita Soekarno, "Jas Merah", jangan pernah melupakan sejarah. Kita hendaknya sebagai bangsa yang sudah merdeka jangan pernah melupakan jasa-jasa pahlawan kita. Tapi mirisnya, sekian puluh tahun setelah kita merdeka, masih ada orang yang pantas dikatakan pahlawan terlupakan jasa-jasanya. Untuk menghormati jasa para pahlawan tersebut dan menambah wawasan teman semua, berikut kami rangkum beberapa pahlawan yang terlupakan jasa-jasanya. Semoga Bermanfaat.
Djuwari (Sang Pemikul Tandu Jenderal Sudirman)
Teman anehtapinyata.net pada tahun 80an dalam buku sejarah PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) terdapat gambar orang ditandu dengan warna hitam putih, teman pasti sudah tahu bahwa orang yang ditandu tersebut adalah Jenderal Sudirman, tapi tahukah teman siapa yang menandu sang pahlawan tersebut? Tandu yang sangat bersejarah tersebut sekarang telah ditempatkan di Museum Satria Mandala. yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Tapi bagaimana nasib Sang Pemanggul tandu tersebut? Salah satu sosok dari pemanggul tandu tersebut adalah Djuwari, sosok bersejarah ini memang sekarang terlupakan dan hidup dalam kemiskinan.
Teman anehtapinyata.net pada tahun 80an dalam buku sejarah PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) terdapat gambar orang ditandu dengan warna hitam putih, teman pasti sudah tahu bahwa orang yang ditandu tersebut adalah Jenderal Sudirman, tapi tahukah teman siapa yang menandu sang pahlawan tersebut? Tandu yang sangat bersejarah tersebut sekarang telah ditempatkan di Museum Satria Mandala. yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Tapi bagaimana nasib Sang Pemanggul tandu tersebut? Salah satu sosok dari pemanggul tandu tersebut adalah Djuwari, sosok bersejarah ini memang sekarang terlupakan dan hidup dalam kemiskinan.
Djuwari berdomisili di Dusun Goliman Desa Parang Kecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri, kaki Gunung Wilis. Kampungnya merupakan titik start
rute gerilya Panglima Besar Sudirman Kediri-Nganjuk sepanjang sekitar 35
km. Rute Gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman memang sangat jauh
dari keramaian kota. Titik start gerilya berada di kampung yang dikepung
bukit-bukit tinggi dan tebing andesit. Djuwari bercerita kebanggaannya
saat memanggul Sang Jenderal, dia mengatakan tugas tersebut merupakan
pengabdian dan dilakukan dengan rasa ikhlas tanpa berharap imbalan
apapun. Perjalanan mengantar gerilya Jenderal Soedirman seingatnya
dimulai pukul 8 pagi, dengan dikawal banyak pria berseragam. Rute yang
ditempuh teramat berat karena melewati medan berbukit-bukit dan hutan
yang amat lebat. Seringkali perjalanan berhenti untuk beristirahat
sekaligus memakan perbekalan yang dibawa.
Teman anehtapinyata.net sepanjang hidupnya menjadi eks pemanggul tandu Jenderal Soedirman, beberapa kali keluarga Djuwari sempat didatangi cucu Sang Jenderal Besar tersebut, pernah diberi uang juga. setelah itu belum ada yang datang membantu. Pemerintahan yang cukup baik kepadanya adalah pada zaman Soeharto, sesekali dia mendapat bantuan beras.
Teman anehtapinyata.net sepanjang hidupnya menjadi eks pemanggul tandu Jenderal Soedirman, beberapa kali keluarga Djuwari sempat didatangi cucu Sang Jenderal Besar tersebut, pernah diberi uang juga. setelah itu belum ada yang datang membantu. Pemerintahan yang cukup baik kepadanya adalah pada zaman Soeharto, sesekali dia mendapat bantuan beras.
Gatot Mangkoepradja
lahir pada tanggal 15 Desember 1898 di Kampung Citamiang, Desa Panjunan
Kabupaten Sumedang. Dia merupakan keturuan Menak Galuh (Ciamis) dan
anak dari seorang dokter yang cukup terkenal di Sumedang, dr. Saleh
Mangkoepradja. Teman anehtapinyata.net pada usia lima tahun, Gatot
memasuki sekolah Frobel School Ny. Westenenk di Sumedang. Tahun 1905 ia
melanjutkan sekolahnya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Bandung.
Ketika usianya mencapai tujuh tahun, ibunya meninggal dunia. Pada tahun
1912 Gatot berhasil mendapatkan Klein Ambtenaren Examen dengan nilai
tujuh. Ia melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter) namun hanya bertahan
tiga tahun. Gatot lantas memasuki Hogere Burger School (HBS) yang
lagi-lagi tidak dirampungkannya karena alasan yang tidak disebutkannya.
Pada tahun 1922 ia bekerja di Jawatan Kereta Api dan berhenti tahun 1925
karena sesuatu hal. Setelah itu dia tidak bekerja lagi dan
menggantungkan kehidupannya dari penghasilan sawah, kebun, dan usaha
taxi warisan ayahnya.
Teman anehtapinyata.net Gatot Mangkoepradja mulai mengenal dunia politik sejak mengenyam pendidikan di STOVIA. Dia ikut bergabung dalam pembentukan Paguyuban Pasundan bersama D.K. Ardiwinata, E. Poerawinata, Djoendjoenan Setiakoesoemah, dll.. Pada tahun 1918 Gatot sudah dipercaya menjadi salah satu pimpinan Bond van Inheemsche Studeerenden di Bandung. Organisasi inilah yang kemudian berkembang menjadi Jong Java, salah satu organisasi pemuda Indonesia yang turut membantu pergerakan perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Teman anehtapinyata.net Gatot Mangkoepradja mulai mengenal dunia politik sejak mengenyam pendidikan di STOVIA. Dia ikut bergabung dalam pembentukan Paguyuban Pasundan bersama D.K. Ardiwinata, E. Poerawinata, Djoendjoenan Setiakoesoemah, dll.. Pada tahun 1918 Gatot sudah dipercaya menjadi salah satu pimpinan Bond van Inheemsche Studeerenden di Bandung. Organisasi inilah yang kemudian berkembang menjadi Jong Java, salah satu organisasi pemuda Indonesia yang turut membantu pergerakan perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Elias Daniel Mogot (Pejuang Belia Indonesia)
Teman anehtapinyata.net yang berdomisili di seputara Jakarta pasti pernah mendengar atau melewati Jalan Daan Mogot? Jalan Daan Mogot Jakarta Barat adalah jalan panjang yang menhubungkan antara Provinsi DKI Jakarta dengan Tangerang, Banten. Jalan ini memiliki sejarah yang unik dan berbau perjuangan kemerdekaan. Tapi tahukah teman siapa Daan Mogot tersebut?
Nama tersebut sebenarnya diambil dari nama seorang pahlawan yang masih sangat muda. Elias Daniel Mogot, atau dikenal sebagai Daan Mogot, pemuda “kawanua” Manado ini masih mempunyai hubungan saudara dengan Irjen Gordon Mogot atau Kolonel Alex Kawilarang (Mantan Panglima Kodam Siliwangi). Saat umurnya 17 tahun dia sudah memiliki peranan yang sangat penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942 Daan Mogot sudah mulai bergabung dalam dunia ketentaraan diusianya 14 tahun, masih sangat muda bagi seorang pejuang. Kemudian dia masuk organisasi PETA (Pembela Tanah Air) tentara binaan saat penjajahan Jepang. Teman anehtapinyata.net sebeneranya dia tidak memenuhi syarat untuk masuk organisasi tersebut, hal ini disebabkan karena usianya belum 18 tahun, akan tetapi karena tubuhnya besar dan sifat kedewasaannya, pihak Jepang percaya jika umurnya telah 18 tahun sehingga dia akhirnya diterima. Daan Mogot pernah ikut terlibat perang di Bali, dia juga pernah dipercayakan sebagai instruktur PETA wilayah Bali dan Jakarta.
Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang pun keok dari Sekutu. Dua hari kemudian
Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945. Tahun 1945
atau hanya dalam waktu dua tahun saja, pangkat Daan Mogot sudah Mayor
dan ditunjuk sebagai Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jakarta.
Dalam usia belia itu ia kemudian juga mendapatkan kepercayaan menjadi
Direktur akademi militer awal-awal di Indonesia yang berkedudukan di
Tangerang, Akademi Militer Tangerang (MAT) namanya. Ide pendirian MAT
memang salah satunya datang dari Daan Mogot. Gagasan tersebut diterima
oleh pimpinan besar militer pusat Indonesia. Kemudian diangkatlah Daan
Mogot menjadi Direktur MAT pertama pada tanggal 18 November 1945.
Sayangnya jabatannya itu adalah jabatannya yang tertinggi sekaligus
terakhir dalam kisah karir militer anak muda belia tersebut. Pada
tanggal 25 Januari 1946, ia dinyatakan gugur dalam pertempuran sengit di
Hutan Lengkong Tangerang, Banten.
Teman anehtapinyata.net Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto lahir di
Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 16 Agustus 1882. Beliau
lebih dikenal dengan nama HOS Cokroaminoto
dan merupakan seorang pemimpin salah satu organisasi besar di Indonesia
pada saat itu, yaitu Sarekat Islam (SI). HOS Tjokroaminoto adalah salah
satu pelopor pergerakan di indonesia dan sebagai guru para
pemimpin-pemimpin besar di Indonesia, seperti Semaoen, Alimin, Muso,
Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya Beliau
banyak mencetuskan ideologi tentang bangsa Indonesia. Salah satu
ajarannya yang cukup terkenal adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni
tauhid, sepintar-pintar siasat. Triloginya tersebut menggambarkan tiga
kemampuan yang diperlukan bangsa Indonesia dalam perjuangannya
menghadapi penajajah untuk merebut kemerdekaan. Dari semua muridnya,
Soekarnolah yang menjadi kesayangannya. Maka tak hayal Soekarno pun
dinikahkan dengan anaknya yakni Siti Oetari, yang merupakan istri
pertama Soekarno. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian
ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah
seperti orator". Pada tanggal 17 Desember 1934
HOS Tjokroaminoto sangat menentang penjajahan Belanda, maka tak hayal setelah meninggal pada tanggal 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun, banyak pergerakan yang dilakukan oleh murid-muridnya, yakni kaum sosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang islam merangkap sebagai sekretaris pribadi. Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan politik pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai komunis Indonesia karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin Muso dan dengan terpaksa presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite TNI yakni Divisi Siliwangi yang mengakibatkan "abang" sapaan akrab Soekarno kepada Muso pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati 31 Oktober, dan dilanjutkan pemberontakan oleh Negara Islam Indonesia(NII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya Kartosuwiryo pada 12 September 1962.
Anwar (Komandan Kompi 3 Sumatera Bagian Selatan)
HOS Tjokroaminoto sangat menentang penjajahan Belanda, maka tak hayal setelah meninggal pada tanggal 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun, banyak pergerakan yang dilakukan oleh murid-muridnya, yakni kaum sosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang islam merangkap sebagai sekretaris pribadi. Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan politik pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai komunis Indonesia karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin Muso dan dengan terpaksa presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite TNI yakni Divisi Siliwangi yang mengakibatkan "abang" sapaan akrab Soekarno kepada Muso pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati 31 Oktober, dan dilanjutkan pemberontakan oleh Negara Islam Indonesia(NII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya Kartosuwiryo pada 12 September 1962.
Anwar (Komandan Kompi 3 Sumatera Bagian Selatan)
Teman anehtapinyata.net nama pahlawan ini mencuat seiring meme di dunia maya dengan fotonya yang sedang mengemis. Dia adalah Anwar seorang mantan Komandan Kompi 3 Sumatera Selatan berpangkat letnan satu. Dalam perjuangannya dia fasih berbicara dalam empat bahasa, yaitu Inggris, Jepang, Belanda dan tentu saja bahasa Indonesia. Akan tetapi, kerasnya hidup menyeret Anwar, ke lumbung kemiskinan. Sang letnan tiarap pada kehidupan dan akhirnya menggantungkan hidupnya dari mengemis. Dia terlahir dari keluarga petani di Keranji. Masa mudanya dihabiskan di pinggiran Kota Padang itu. Anwar merupakan lulusan Sekolah Sembilan tahun 1930. Lepas Sekolah Rakyat, Anwar mulai bekerja serabutan. Akhirnya dia diterima sebagai kelasi kapal. Tahun 1932 sampai 1939 Anwar berlayar. Dalam kurun waktu itu tak sedikit keragaman budaya yang telah dilihatnya, dari Asia sampai Australia. Saat melihat bangsanya sedang terjajah, naluri kebangsaan memanggil jiwanya untuk ikut berjuang merebut kemerdekaan. Melintasi medan, bergerilya, menunggu saat yang tepat menyerang tentara Belanda sudah menjadi kesahariannya pada saat muda. Ditembak, keluar masuk penjara pun tak luput dari komandan kompi ini. Yang tersisa dari perjuangannya tersebut hanyalah bekas tembakan pada kakinya yang akhirnya membuat jalannya pincang. Setelah Indonesia berhasil merdeka, perjuangan Anwar seolah lenyap terlupakan, tak ada penghargaan atau pun tanda jasa dari pemerintah. Sempat terjerumus ke dunia hitam, tapi akhirnya Anwar tobat dan memilih jalan sebagai pengemis untuk menyambung hidupnya sampai akhir hayatnya.
Teman anehtapinyata.net Supriyadi merupakan sosok yang cukup misterius,
dia adalah pahlawan nasional Indonesia, pemimpin pemberontakan pasukan
Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar
pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai menteri keamanan rakyat pada
kabinet pertama Indonesia, namun tidak pernah muncul untuk menempati
jabatan tersebut. Pada waktu itu, Supriyadi memimpin sebuah pasukan
tentara bentukan Jepang yang beranggotakan orang orang Indonesia. Karena
kesewenangan dan diskriminasi tentara Jepang terhadap tentara PETA dan
rakyat Indonesia, Supriyadi pun memberontak bersama sejumlah rekannya
sesama tentara PETA. Namun pemberontakannya tidak sukses. Pasukan
pimpinan Supriyadi PETA
dikalahkan oleh pasukan bentukan Jepang lainnya, yang disebut Heiho.
Diberitakan bahwa Supriyadi meninggal, tetapi mayatnya tidak pernah
ditemukan. Hal tersebutlah yang membuat sosok pahlawan ini penuh misteri
ditambah dengan beberapa orang yang mengaku sebagai pahlawan tersebut.
Yang paling kontroversial adalah pengakuan dari pria sepuh berumur 88
tahun yang bernama Andaryoko Wisnu Prabu, dia mengaku sebagai Supriyadi.
Kendatipuun secara perawakan dan sejumlah saksi membenarkan hal
tersebut, namun pengakuannya tersebut belum dapat dibuktikan secara
benar.
Teman anehtapinyata.net Tan Malaka
lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897.
Beliau adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia, filsuf aliran kiri,
pemimpin Partai Komunis Indonesia, pendiri Partai Murba, dan Pahlawan
Nasional Indonesia yang mungkin namanya agak terlupakan Sosok yang
bernama asli Sutan Ibrahim ini memiliki kisah petualangan dari satu
negara ke negara lain. Pada masa penjajahan Belanda, sosok Tan Malaka
merupakan orang yang paling dicari. Bahkan pada masa revolusi
kemerdekaan keberadaannya selalu dicari oleh para pejuang pada saat itu
(termasuk oleh Bung Karno). Karena gerakannya selalu melakukan
penyamaran seperti mata-mata membuatnya menjadi sosok yang sangat
misterius dan tidak ada yang tahu pasti seperti apa Tan Malaka. Salah
satu tokoh aliran kiri ini pun menghilang selamanya saat pergolakan
revolusi pada tahun 1949. Konon, Tan Malaka dibunuh pada tanggal 21
Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi
Brawijaya di daerah Kediri, Jawa Timur. Hingga kini makamnya tidak
pernah bisa ditemukan.
Teman anehtapinyata.net tidak banyak yang mengetahui sosok Kasman Singodimedjo.
Bahkan dalam buku sejarah pun tidak pernah ada disebutkan namanya.
Padahal beliau merupakan salah satu tokoh besar pergerakan nasional
Indonesia dari kalangan Nasionalis Islam. Kasman Singodimedjo merupakan
tokoh besar yang mewarnai hukum dan ketatanegaraan Indonesia, sosok
Kasman bukanlah jenis tokoh yang berpolitik untuk mencapai tujuan dan
kepentingan pribadi, apalagi sekadar untuk memperkaya diri. Beliau
selalu tampil sebagai perintis di saat-saat kritis. Pascakemerdekaan,
jabatan yang pernah diemban Kasman antara lain Ketua Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP), Jaksa Agung, Kepala Urusan Kehakiman dan
Mahkamah Tinggi Kementerian Pertahanan, Kepala Kehakiman dan Pengadilan
Militer Kementerian Pertahanan dan terakhir Menteri Muda Kehakiman dalam
Kabinet Amir Sjarifuddin II. Kasman Singodimejo yang lebih dikenal
dengan nama Mr. Kasman, beliau sangat menentang dalam penggunaan istilah
demokrasi dan mengajak masyarakat untuk lebih menggunakan istilah
musyawarah.
Demikianlah beberapa pahlawan yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Mungkin masih banyak yang belum kami sebutkan. Tapi kita semua berharap, kedepannya para pahlawan baik yang merebut, mempertahankan, maupun dalam mengisi kemerdekaan nasibnya lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah.
Demikianlah beberapa pahlawan yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Mungkin masih banyak yang belum kami sebutkan. Tapi kita semua berharap, kedepannya para pahlawan baik yang merebut, mempertahankan, maupun dalam mengisi kemerdekaan nasibnya lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah.
Sumber: http://www.anehtapinyata.net/2015/11/pahlawan-pejuang-kemerdekaan-indonesia.html
S